Eko Supiyandono: Sebuah Obituari
“cemara
menderai sampai jauh
Terasa hari akan jadi malam…..”
Dua bait pertama sajak Chairil Anwar berjudul
“derai-derai cemara” sekelebat terlintas di benakku saat menjenguknya, Pak Eko
Supiyandono. Rabu itu, beliau mengatakan bahwa dia sudah ikhlas, meskipun
buru-buru disergah oleh Pak Bayan. Hari memang belum “malam”, namun sepertinya
Pak Eko sudah memperkirakan bahwa hari “akan jadi malam”. Sebuah keputusasaan
(ataukah sebuah keikhlasan) yang mirip dengan keputusasaan Chairil akan nasib
umurnya sendiri tatkala menulis puisi berlarik a-b-a-b itu.
Billy Joel dan Anggun C Sasmi adalah dua hal
yang selalu mengingatkan saya pada seorang Eko Supiyandono. Beliau selalu
bersemangat dalam menceritakan dua penyanyi favoritnya itu ke saya. Terakhir,
kami membahas kedigdayaan Anggun yang kala itu main di Azerbaijan. Beliau
mengagumi kehebatannya sebagai salah satu penyanyi pop kenamaan di Perancis,
dan saya sendiri sibuk menceritakan hebatnya paduan vokal Anggun dengan Ronan
Keating di concerto di natale, sebuah
konser natal di Vatikan. Buat Billy Joel, saking ngefansnya beliau dengan orang
ini, bahkan bisa menunjukkan koleksi lagu “just the way you are” yang di-cover oleh beberapa artis sambil
menjelaskan satu persatu. Saya saat itu hanya tertawa heran.
Seorang Eko Supiyandono juga yang dalam 2 jam
makan siang berturut-turut menjelaskan kepada saya tentang strategi bekerja.
Beliau menganalogikannya dengan permainan sepakbola. Jerman dengan possession and pressing football dari
jaman Lothar Matthaeus dan Oliver Bierhoff serta Belanda dengan total football di masa Van Basten, Ruud Gullit, dan Frank Rijkaard. Bahwa seseorang
harusnya punya isi kepala seperti seorang playmaker,
dengan pemiuhan-pemiuhan tertentu terhadap aliran bola dan aturan tempo ia mampu mengendalikan permainan dan menjadikannya indah dan efektif. Sebagaimana bekerja juga tahu kapan harus melambatkan
tempo dan santai, lalu menggempur habis-habisan pekerjaan hingga selesai. Analogi yang
bersahut-sahutan dengan asap rokok yang tidak berhenti keluar dari mulutnya
seraya tertawa.
Bahwa kehidupan adalah jembatan menuju kematian
tentulah nyata, bahwa keabadian letaknya ada di surga atau di neraka, bahwa
manusia adalah hamba, dan Tuhan-lah pemilik segala rencana. Tidak sampai sehari
kemudian, beliau akhirnya tiada, dan hari benar-benar menjadi malam baginya.
Beliau akhirnya menyerah, seperti akhir dari sajak derai-derai cemara.
Di akhir obituari ini, saya akan menuliskan
secara lengkap sajak derai-derai cemara itu:
Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan ditingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada satu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
(Chairil Anwar -1949)
Selamat Jalan, Pak…..
saya tidak tahu kl pak Eko suka Billy Joel
BalasHapusrabu kemarin saya masih mengira beliau masih akan bersama kita semua, walau perlu proses lama.
semoga beliau tenang sekarang
"I took the good times, I'll take the bad times
I'll take you just the way you are "
Saya sendiri tahunya waktu beliau nyetel lagu just the way you are. Saat itu beliau masih di subbag umum....
BalasHapusSaya ikut2an nyanyi. Nah, habis itu beliau cerita panjang lebar soal Billy Joel......
gitu Pak.....